- Posted by : SMK DR. SOETOMO SURABAYA (Smekdors)
- on : July 11, 2025
Surabaya, 11 Juli 2025 — SMK Dr. Soetomo Surabaya menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kompetensi digital pendidik dengan mengikuti kegiatan Pelatihan Koding dan Kecerdasan Artifisial (AI) yang diselenggarakan secara offline di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Kampus Lidah Wetan pada 7 hingga 11 Juli 2025.
Dalam kegiatan ini, SMK Dr. Soetomo Surabaya mengutus Ari Wijaya, selaku Instruktur Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), untuk mewakili sekolah dalam pelatihan yang berfokus pada penguatan pedagogik digital, pemrograman berbasis proyek, dan pemanfaatan kecerdasan buatan dalam pembelajaran vokasi.
Menurut Ari, kegiatan ini memberikan dampak nyata bagi peningkatan wawasan guru vokasi.
“Pelatihan ini sangat membuka wawasan saya. Banyak strategi praktis yang bisa langsung diterapkan kepada peserta didik,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa mengajar peserta didik di abad ke-21 menuntut pemanfaatan teknologi yang optimal, dan hal tersebut harus menjadi motivasi bagi seluruh guru di Indonesia.
“Saya merasa termotivasi untuk membawa perubahan dalam metode mengajar yang lebih kontekstual dan berbasis teknologi,” tambahnya.
Pelatihan ini difasilitasi oleh dua narasumber utama dari UNESA. Salah satunya adalah Harmon Prayogi, dosen sekaligus fasilitator, yang membawakan materi tentang implementasi koding dan pemrograman di SMK dengan pendekatan pedagogik dan pembelajaran mendalam (deep learning).
Dalam paparannya, Harmon menekankan pentingnya transformasi peran guru dalam menghadirkan teknologi yang bermakna.
“Kami ingin guru SMK tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga mampu mentransformasikan teknologi menjadi pengalaman belajar yang bermakna dan kontekstual,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa coding seharusnya menjadi bagian inti dalam proses belajar, bukan sekadar pelengkap.
“Prinsip utama kami adalah mengintegrasikan coding ke dalam kurikulum bukan sebagai keterampilan tambahan, tetapi sebagai bagian esensial dari cara berpikir dan memecahkan masalah,” ungkap Harmon.
Sementara itu, materi mengenai Kecerdasan Artifisial (AI) disampaikan oleh fasilitator Riskyana Dewi Intan Puspitasari. Dalam sesinya, ia menyampaikan bahwa AI memiliki potensi besar dalam mengubah paradigma pembelajaran.
“AI bukan sekadar alat bantu, tapi bisa menjadi katalisator untuk menciptakan pembelajaran yang personal, adaptif, dan inovatif,” terang Riskyana.
Ia juga menekankan pentingnya peran guru dalam memanfaatkan AI secara bijak dan beretika.
“Pendidik perlu memahami bahwa AI bukan untuk menggantikan peran guru, tetapi memperkuat kemampuan guru dalam membimbing proses belajar yang lebih efektif,” tambahnya.
Setelah pelatihan tatap muka ini, para peserta akan melanjutkan proses melalui On-the-Job Training (OJT) di sekolah masing-masing hingga bulan September 2025. Fase ini menjadi ajang penerapan nyata materi yang telah diperoleh.
Sebagai penutup, pelatihan akan dilanjutkan kembali secara offline pada 6 hingga 8 Oktober 2025, yang akan menjadi ruang refleksi, evaluasi, dan penguatan praktik pembelajaran digital di satuan pendidikan vokasi.
Rangkaian kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam mendukung transformasi pendidikan vokasi berbasis teknologi, sejalan dengan tantangan dunia industri 4.0 dan masyarakat 5.0.